Dinas Kesehatan
Kota Bogor
Implementasi Pendampingan Tenaga Kesehatan Melalui Kegiatan Coaching dalam Program TBC di Tingkat Kab/Kota Bulan Juli
Implementasi Pendampingan Tenaga Kesehatan Melalui Kegiatan Coaching dalam Program TBC di Tingkat Kab/Kota Bulan Juli
Implementasi Pendampingan Tenaga Kesehatan Melalui Kegiatan Coaching dalam Program TBC di Tingkat Kab/Kota
19 July 2024

Dinas Kesehatan Kota Bogor Melaksanakan kegiatan Implementasi Pendampingan Tenaga Kesehatan Melalui Kegiatan Coaching dalam Program TBC di Tingkat Kab/Kota. Kegiatan ini dilaksanakan sebanyak 4 kali di setiap fasyankes, setiap pertemuan diadakan selama 1 hari setiap bulannya selama periode Juni sampai September 2024. Adapun rumah sakit yang menjadi lokasi pelaksanaan coaching Tuberkulosis adalah Rumah Sakit Medika Dramaga pada 09 Juli 2024 dan Rumah Sakit UMMI pada 11 Juli 2024.

Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan di global dan nasional. Capaian penemuan kasus TBC tahun 2023 sebanyak 821.200 kasus atau sebesar 77% dari estimasi sejumlah 1.060.000 kasus. Salah satu upaya untuk meningkatkan indikator penemuan TBC tersebut adalah dengan meningkatkan keterlibatan dan kontribusi seluruh fasilitas pelayanan kesehatan.

Kewajiban lapor bagi seluruh fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) yang menemukan kasus TBC sudah tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021, Permenkes No. 67 Tahun 2016 dan SE Menteri Kesehatan No. HK.02.02/MENKES/660/2020. Berdasarkan jenis dan kepemilikan fasilitas pelayanan kesehatan, fasyankes yang berkontribusi dalam penemuan dan pelaporan kasus TBC sebagian besar berasal dari fasyankes pemerintah. Hanya sebesar 61% RS swasta di Indonesia telah berkontribusi dalam pelaporan kasus TBC yang diobatinya.

Sejak tahun 2022 seluruh Rumah Sakit di Kota Bogor sudah ikut terlibat dalam program TBC dengan melakukan perjanjian kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Bogor. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat RS swasta yang belum melakukan pelaporan ke SITB dan baru 89% RS Swasta yang mengakses pemeriksaan TCM. Selain itu angka keberhasilan pengobatan dari fasyankes swasta juga masih tergolong rendah akibat banyaknya loss to follow up pasien TBC di rumah sakit yang menjadi salah satu penyebab belum tercapainya angka keberhasilan pengobatan TBC di Kota Bogor.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut Kementerian Kesehatan telah melakukan beberapa pendekatan, seperti Hospital DOTS Linkage (HDL) yang dianggap sebagai model Public Private Mix (PPM) awal dengan perluasan layanan DOTS ke rumah sakit baik pemerintah maupun swasta. Metode PPM terus dikembangkan dengan melaksanakan kegiatan berupa pemetaan fasilitas, peningkatan komitmen dengan penanda tanganan MoU, mengembangkan jejaring internal dan external rumah sakit. Kerjasama dengan Organisasi Profesi juga mulai diinisiasi dan mulai dilaksanakan upaya sistematis berupa pelatihan dan peningkatan kapasitas, pemantauan evaluasi, serta pelaporan kasus.

Konsep PPM kemudian diimplementasikan di daerah Kabupaten/Kota yang dikenal sebagai Distric Public Private Mix (DPPM), konsep ini diperkuat dan didukung dengan dibentuknya Koalisi Organisasi Profesi (KOPI) untuk Tuberkulosis. Dalam pelaksanaan DPPM ditemukan banyak tantangan antara lain adalah keterbatasan kapasitas sumber daya manusia, pendanaan, dan sumber daya lainnya, serta pengawasan di banyak fasilitas kesehatan.

Dalam upaya mewujudkan layanan TBC yang berkualitas di fasilitas layanan kesehatan, amat diperlukan peningkatan kapasitas dengan pelatihan dan pendampingan tenaga kesehatan. Salah satunya dengan Teknik coaching oleh coach yang berasal dari KOPI TB, Organisasi Profesi, Asosiasi Fasilitas Layanan Kesehatan, dan Lembaga terkait lainnya.