Dinas Kesehatan
Kota Bogor
Peningkatan Kapasitas Fasilitas Kesehatan Layanan TBC di kota Bogor terkait strategi TB DOTS
Peningkatan Kapasitas Fasilitas Kesehatan Layanan TBC di kota Bogor terkait strategi TB DOTS
Infografis Workshop Layanan TBC
28 July 2022

Selasa (19/07/2022), Dinas Kesehatan Kota Bogor melalui Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit , Menyelanggarakan Workshop Peningkatan Kapasitas Fasilitas Kesehatan Layanan TBC terkait strategi TB DOTS di layanan kesehatan, dihadiri oleh 70 Peserta UPTD Puskesmas, Klinik dan lintas program terkait Tingkat Kota Bogor.

Tahu kah sobat sehat, Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan baik di Dunia maupun di Indonesia dengan jumlah kasus dan kematian yang tinggi. Kesenjangan antara estimasi kasus TB di Indonesia dengan jumlah kasus TB yang ternotifikasi masih lebih dari 30% selama 3 (tiga) tahun terakhir. Sebagian besar notifikasi kasus TB merupakan kontribusi dari layanan pemerintah. Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan swasta di Indonesia besar dan masih terfragmentasi sehingga pelibatan fasyankes swasta dalam program TB masih menghadapi berbagai tantangan.

Berdasarkan Global TB Report yang dirilis oleh WHO pada Tahun 2021, jumlah kasus TB di Indonesia sebanyak 824.000 kasus atau 301 kasus per 100.000 penduduk dengan menempati posisi ketiga terbanyak kasus TB setelah India dan China dengan cakupan penemuan dan pengobatan kasus TB (treatment coverage) baru mencapai 49%. Berdasarkan notifikasi kasus TB tahun 2021, hanya 78% RS Pemerintah dan 63% RS Swasta yang melaporkan kasus TB. Sementara itu, kontribusi DPM/Klinik swasta masih rendah (3%). Penemuan terduga TBC di fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Bogor sampai dengan triwulan 1 tahun 2022 masih banyak yang belum mencapai target penemuan terduga sebanyak 3.692 kasus TB (17%), sedangkan untuk penemuan kasus TBC sampai dengan triwulan 1 tahun 2022 juga masih ada beberapa yang belum mencapai targetnya dengan persentase capaian kasus TB sebanyak 1.050 kasus TB (29%).

Menurut https://www.stoptbindonesia.org/ Orang dengan ILTB biasanya terjadi pada orang yang kontak serumah dengan pasien TBC aktif. Misalnya, ayah terinfeksi TBC aktif, bisa jadi anak dan istrinya mengalami ILTB yang artinya telah terinfeksi tetapi tidak berkembang menjadi TBC aktif. Namun, beberapa hasil studi menunjukkan, sekitar 5-10% orang dengan ILTB akan berkembang menjadi TBC aktif, biasanya terjadi dalam 5 tahun sejak pertama kali terinfeksi. Orang yang ILTB pun bisa mejadi TBC aktif jika ia memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Bagaimana kita tahu kalau kita mengalami ILTB? Orang dengan ILTB apabila dilakukan Tuberculin Skin Test (TST) atau pemeriksaan Interferon Gamma-Release Assay (IGRA) hasilnya akan positif, tetapi hasil pemeriksaan rontgen thorax normal serta hasil pemeriksaan dahak dan Xpert MTB/Rif® negatif. Namun, ketika pasien yang baru saja didiagnosis TBC positif, maka kontak serumah khususnya anak-anak dianggap sebagai satu kesatuan penerima manfaat layanan TBC. Kontak serumah perlu diberikan Terapi Pencegahan Tuberkulosis atau TPT.

TPT merupakan salah satu langkah untuk mencegah orang ILTB yang berisiko untuk berkembang menjadi sakit TBC positif. Tujuan pemberian TPT adalah untuk mencegah terjadinya sakit TBC sehingga dapat menurunkan beban TBC. Secara spesifik, yuk kita lihat siapa saja yang bisa diberikan TPT?

  • Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)

  • Kontak serumah dengan pasien TBC paru yang terkonfirmasi bakteriologis

  • Anak usia di bawah 5 tahun

  • Anak usia 5-14 tahun

  • Remaja dan dewasa (usia di atas 15 tahun)

  • Kelompok risiko lainnya dengan HIV negatif

  • Pasien immunokompremais lainnya (Pasien yang menjalani pengobatan kanker, pasien yang mendapatkan perawatan dialisis, pasien yang mendapat kortikosteroid jangka panjang, pasien yang sedang persiapan transplantasi organ, dll).

  • Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), petugas kesehatan, sekolah berasrama, barak militer, pengguna narkoba suntik.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan TB dan meningkatkan laporan hasil pengobatan, perlu dilakukan peningkatan kapasitas fasilitas kesehatan layanan TBC di kota Bogor terkait strategi TB DOTS di layanan kesehatan.