Berdasarkan Undang Undang No. 36 Tahun 2009 pasal 5 yang menyatakan semua warga negara Indonesia memiliki hak yang sama untuk memperoleh akses dan sumber daya di bidang kesehatan , serta untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang aman , bermutu dan terjangkau, maka dapat disimpulkan bahwa ODHIV berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang paripurna untuk peningkatan derajat kesehatannya. Puskesmas Bogor Timur melalui inovasi Sipatuhar nya bertujuan untuk melakukan akses pelayanan untuk pengendalian dan penanggulangan penyakit HIV di Kota Bogor yang aman, bermutu dan terjangkau sehingga target dari tujuan Pembangunan berkelanjutan Provinsi Jawa Barat dapat tercapai yaitu mewujudkan kehidupan sehat dan sejahtera serta target mengurangi kesenjangan dapat tercapai.

                Inovasi Sipatuhar dimulai pada Tahun 2019, dan sangat berdampak dengan capaian dalam menurunkan angka ODHIV mangkir minum obat dari 14,1 % menjadi 8,5% sesuai dengan target Kementrian Kesehatan RI. Inovasi ini juga mampu mendukung Indikator Kinerja Utama yaitu indeks kepuasan masyarakat terhadap UPT pada tahun 2022.

                Diharapkan dengan keberlanjutan inovasi ini maka usaha dalam melakukan pengendalian dan pencegahan HIV dapat berjalan dengan baik dan dapat mewujudkan target WHO dan kementrian kesehatan yaitu mengakhiri endemi penyakit HIV di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2030.

Based on Law No. 36 of 2009 article 5 which states that all Indonesian citizens have the same right to obtain access and resources in the health sector, as well as to obtain safe, quality and affordable health services, it can be concluded that ODHIV has the right to get plenary health services to improve its health degree. Puskesmas Bogor Timur through its Sipatuhar innovation aims to access services for the control and control of HIV disease in Bogor City that are safe, quality and affordable so that the targets of the sustainable development goals of West Java Province can be achieved, namely realizing a healthy and prosperous life and the target of reducing inequality can be achieved.

Sipatuhar's innovation began in 2019, and has a significant impact with the achievement in reducing the number of ODHIV absent from taking medicines from 14.1% to 8.5% in accordance with the target of the Indonesian Ministry of Health. This innovation is also able to support the Main Performance Indicators, namely the public satisfaction index for UPT in 2022.

                It is hoped that with the sustainability of this innovation, efforts in carrying out HIV control and prevention can run well and can realize the target of WHO and the Ministry of Health, namely ending the endemic of HIV disease in West Java Province by 2030